Penyebab Anak Tantrum dan Cara Mengatasinya

Penyebab Anak Tantrum dan Cara Mengatasinya

Bagikan :


Tantrum adalah hal yang banyak dialami anak-anak balita. Ketika tantrum, anak dapat menangis, marah dan berteriak dengan sangat keras termasuk saat berada di tempat umum. Menghadapi anak tantrum bisa jadi hal yang sangat menantang bagi orang tua. Lantas, apa sebenarnya penyebab anak tantrum dan bagaimana mengatasinya?.

 

Apa itu tantrum?

Temper tantrum, atau yang dikenal dengan istilah tantrum adalah beragam kondisi emosi anak mulai dari menangis, berteriak, memukul, marah, frustrasi, meronta, berguling-guling di lantai dan berbagai perilaku tidak terkontrol lainnya. Biasanya tantrum dialami oleh anak-anak berusia 1-4 tahun seiring dengan perkembangan gejolak emosinya, namun pada beberapa kasus, orang dewasa juga bisa mengalami tantrum.

 

Apa penyebab anak mengalami tantrum?

Tantrum dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Si kecil bisa mengalami tantrum ketika berada di supermarket dan tidak mendapatkan barang yang diinginkan atau ketika anak berada di tempat yang terlalu banyak orang dan berisik.

Meskipun terkadang sulit dihadapi, namun tantrum sebenarnya adalah bagian yang wajar dalam perkembangan emosi anak. Anak-anak usia balita umumnya belum mampu mengutarakan emosinya secara verbal sehingga yang bisa dilakukan adalah meluapkan emosi dengan cara yang ia kenal seperti marah dan berteriak.

Anak-anak yang tantrum sebenarnya ingin merasa mandiri namun masih membutuhkan bantuan dan perhatian orang tua. Mereka juga belum mampu mengendalikan emosi yang kuat atau kekecewaan, sehingga muncullah reaksi tantrum.

Dilansir dari Cleveland Clinic, tantrum pada anak dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Frustrasi
  • Mencari perhatian
  • Menginginkan sesuatu
  • Menolak melakukan sesuatu
  • Lapar
  • Kelelahan

 

Cara mengatasi anak tantrum

Seringkali ayah dan ibu merasa payah menjadi orang tua ketika melihat anak tantrum. Namun sebenarnya orang tua tak perlu merasa demikian karena tantrum merupakan hal yang wajar dialami anak-anak. Ketika anak mengalami tantrum, ayah dan ibu dapat melakukan cara ini untuk menghentikan tantrum pada anak:

1. Tetap tenang

Kunci menghadapi anak tantrum adalah ketenangan. Saat anak tantrum, pastikan ayah dan ibu tetap tenang dan tidak terpengaruh emosi anak. Dengan orang tua bersikap tenang, anak akan lebih mudah diatur dan lebih cepat mereda emosinya.

2. Alihkan perhatian anak

Ketika Anda melihat anak mulai menunjukkan gejala tantrum, Anda dapat mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Misalnya dengan memberikan makanan favoritnya atau mengajaknya bermain mainan kesukaannya dan kegiatan lain yang membuatnya senang.

3. Perhatikan kebutuhannya

Pada anak yang tantrum karena kelelahan atau lapar, Anda perlu memenuhi kebutuhan anak untuk meredakan tantrumnya. Jika anak tantrum karena lapar, maka saatnya memberikan camilan atau makanan berat untuk membuatnya merasa lebih baik. Begitu juga jika mereka tantrum karena kelelahan, maka ini adalah tanda anak butuh istirahat.

4. Mengabaikannya

Ada kalanya Anda bisa mengabaikan anak yang sedang tantrum jika mereka marah dan menangis karena keinginannya tidak dipenuhi. Misalnya ketika anak tantrum karena tidak berhasil mendapatkan mainan yang ia inginkan dari toko mainan. Dalam situasi ini, mendiamkan anak sekaligus memberi pelajaran pada anak bahwa reaksi marah dan menangis tidak akan membuatnya berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan.

5. Jangan memukul dan membentak anak

Melihat anak tantrum dapat memicu emosi orang tua sehingga terpancing untuk ikut marah kemudian memukul dan membentak anak. Selain membuat trauma, hal ini justru membuat anak gemar memukul untuk mendapatkan keinginannya. Daripada memukul, ayah dan ibu dapat memeluk anak agar anak merasa tenang.

 

Tantrum pada anak merupakan hal yang wajar sebagai bagian dari perkembangan emosinya. Orang tua tidak perlu panik dan marah menghadapi emosi anak yang sedang tantrum. Namun jika tantrum pada anak tampak terlalu sering dan mengarah pada kekerasan, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi ke dokter anak atau psikiater untuk mendapat penanganan yang tepat.

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 06:52